Minggu, 30 Januari 2011

Karya Tulis Ilmiah

Tadi sore,aku sharing sama ibu. Beliau bertanya kenapa semalam aku menangis,sedikit ragu aku bilang ke ibu kalau aku ingat seseorang dari masa laluku yang membuat aku mendadak rindu dan karena nggak bisa apa-apa akhirnya aku nangis...kebiasaan buruk yang selalu aku lakukan untuk menetralisir perasaan setiap hatiku sedang nano-nano.
Ibu hanya tersenyum bijak (dibaca: senyum basa-basi),kemudian membenarkan posisi duduknya. Beliau mencari posisi yang nyaman dan kemudian mulai sesi ceramah. Kurang lebih begini isinya:

"Cantik... (hehehe....yg ini ngarang)
yang namanya pacaran itu seperti Bab Pendahuluan dalam Karya Ilmiah."

Mendengar kata pacaran dianalogikan dengan Bab Pendahuluan aku sempat "syok",jangan2 ibu keselek belalang saat sedang bersih2 taman tadi. Di mana miripnya pacaran sama bab pendahuluan?? Tetapi,sebagai anak yang berbakti Aku berusaha untuk tetap mendengarkan dan menelan keherananku di hati.

"Seperti Bab Pendahuluan yang mengawali sebuah karya ilmiah, pacaran juga merupakan awalan sebuah kehidupan baru. Sama halnya dalam Bab Pendahuluan, saat pacaran di sana ada latar belakang kedua belah pihak yang menjadi subjek (tentang keluarga,pendidikan,sifat,watak,dkk), pendekatan apa yang akan digunakan dalam prosesnya,metode apa yang akan digunakan dalam prosesnya, apa tujuan dari hubungan yang sedang kita jalani,lalu apa referensi yang akan kita gunakan dalam menjalani hubungan."

sejenak aku terpana dengan penjelasan ibu. Selanjutnya, aku pikir ibu sungguh-sungguh keselek belalang. Belalang yang "smart", yang membuat aku belajar tentang makna lain dalam menjalin hubungan.Ternyata,pacaran nggak semudah yang aku pikir tetapi nggak seabstrak yang aku bayangkan. Karena pacaran seperti Bab Pendahuluan dalam karya tulis ilmiah. Semua jelas dan siapa saja bisa membuat..

pertanyaan selanjutnya,jika sudah selesai Bab Pendahuluan,,,Bab apa selanjtnya????
(ibuku memang luar biasa....)

Cake Cinta

Aku bukan perempuan yang suka memasak...tapi di kala aku sedih dan terdesak, spontan aku justru ingin memasak.
Saat itu, aku ingin membuat sebuah cake dan akan kuberikan kepada belahan jiwaku yang nyaris pergi. Cake cinta, begitu aku menyebutnya. Cake ini mempunyai bahan-bahan sebagai berikut :

100 gram ketulusan
100 gram kesetiaan
100 gram kasih sayang
100 gram pengabdian
100 gram senyuman
100 gram harapan
100 gram mimpi
100 gram cinta
100 gram kesedihan
100 gram rintangan
100 gram pelukan
100 gram ciuman

semua bahan itu aq aduk sampai rata, lalu kumasak, dan dengan susah payahnya aku menjadikan semua itu menjadi bentuk cake cinta. Semua bahan yang sengaja kumasukkan dengani takaran yang sama membuat cake cinta menjadi berwarna-warni. Dari yang berwarna cerah sampai yang gelap.

dengan begitu bersemangat (dengan harapan belahan jiwaku tak akan pergi), aku mengetuk pintu sambil membawa cake cinta ditanganku. hatiku berdebar sembari membayangkan bagaimana reaksinya nanti, akankah dia memelukku. Lalu berkata,"Aku sangat mencintaimu."

ah...rasanya aku benar-benar tidak sabar....

Beberapa saat lamanya kemudian, dia akhirnya membuka pintu. Kubeikan senyuman termanisku kepadanya, dan aku menyodorkan cake ditanganku kepadanya. dengan ragu dia mencolek sedikit bagian dari cake itu dan mencicipinya.
dengan mata terpejam dan hati bergetar,kubiarkan dia mengambil cake di tanganku dan kemudian........










dengan sekuat tenaga cake cinta yang kubuat dengan susah payah dibantingnya....aku hanya mampu terpaku melihat usahaku tercecer di lantai dan sebelum aku sempat bicara, dia sudah membanting pintu di hadapanku. Saat itu, aku tak lagi mampu menahan tubuhku sehingga membuatku jatuh terduduk. Kupandangi cake yang tercecer dengan mata nanar. Sekuat tenaga kutahan air mataku dan aku mencoba merasai cake buatanku sendiri.

Begitu aku merasakan cake tersebut, air mata tak lagi dapat kubendung. Cake itu ternyata memang tidak enak. Pantas jika aku ditolak mentah-mentah. Rasanya belebihan, dan membuat orang menjadi muak. Semua bahan memunculkan rasa sendiri tanpa ada harmoni. Cake yang kubuat gagal total.


cake ku gagal segagal ungkapan cintaku...


kuhapus air mataku dan kubiarkan cake buatanku tercecer di sana.


1 pelajaran yang kudapat hari ini adalah semua ada porsinya. Dan porsi itu ada aturannya. seperti saat membuat cake. Untuk membuat cake yang enak, kita harus membuatnya sesuai dengan takaran sehingga tidak berlebihan. Begitu juga dengan cinta. Semua perasaan yang kita rasakan harus ada porsinya, sehingga rasanya tidak akan berlebihan. Sehingga,kita dapat mempertahankan orang yang kita miliki dengan benar...

Saat itu aku sudah menyadari kenapa belahan jiwaku akhirnya pergi. Kusimpan pelajaran berharga ini dan aku berjanji tak akan mengulangi kebodohanku lagi. sebelum pergi kusempatkan menulis note dan kutempelkan di pintunya.

kira-kira begini bunyinya :
"sayang...aku memang tak pandai memasak...aku tahu....dan kamu benar,masakanku memang jauh dari enak. tetapi...aku sengaja memasukan bahan itu dengan sama rata, karena aku merasa semua bahan itu sama pentingnya....seperti aku mencintaimu...aku tidak pernah mengurangi takaran dalam porsiku. Maafkan aku...."

Sabtu, 29 Januari 2011

Ceritaku

tetes demi tetes air mengalir turun
membuncah keluar dari kelopak mata
melewati pipi ranum
mampir ke hidung mancung
dan melewati bibir sebelum jatuh ke bahu

tak terhitung
tak terbendung
tak terkurung
tak terkepung

samar-samar memori berputar di otak
terus berputar seperti film klise yang tak ada habisnya
menguak kembali cerita lama
tentang suka,duka,harapan,pengampunan,
penghianatan, keegoisan, kehancuran,
perpisahan, canda dan kebersamaan

tangan bergetar sembari menengadah
merintih hati tak mampu
berucap terasa sepat

bersama tak mampu
berpisah tak mampu

adakah jalan untuk tetap memangku ?
sembari berlalu sang waktu
semua luluh seperti debu dan
hilang dihempas pilu

-EL-

Sang Penguntit di balik Lensa

Semua berawal dari bidikan lensa
Seperti seorang penguntit yang suka mengintip
Memilih dari sekian banyak objek
Mencari yang terbaik diantara yang baik
Cintaku berawal dari bidikan lensa
Ketika aku mulai mengaggumi sang penguntit
Gaya luwes bak profesional
Dunia  sekitar seolah terlupakan
Tangan kokoh menopang dengan sigap
Mata penyipit tajam seolah takut kehilangan
Mulut terkunci rapat mendulum emas
Dia bukan penguntit profesional
Kikuk serupa kaku tanpa bumbu luwes
Tapi serius mengabadikan momen
Penguntitku. . .
Jangan kau bingkai aq
Jangan terus menerus mengintaiku dibalik lensa usangmu
Hei. . .adakah aku serupa patung atau tugu ?
Datanglah padaku hei penguntitku
Dan berhenti melihatku selayaknya monumen
Tidakkah aku serupa keindahan alam
Yang menggodamu selayaknya pegunungan
Memikatmu dan mengunci fokusmu

-EL-

Kepompong

seekor ulat sutra  menggeliat manja
di atas sebuah daun arbei ungu
selepas lalu meninggalkan selimutnya
serupa kepompong busuk
sekilas tampak tak berarti. . .
terbengkelai bersama kumpulan daun kering tergugur
lepas tahun. . .
beribu alat pintal berlomba mengumpulkan kepompong ulat sutra
seolah tak ingat dulu terabaikan

perlahan-lahan pintalan menghasilkan benang halus nan indah
di tangan nenek tua berkacamata
benang-benang sutra dirajut menjadi sehelai kain ungu
serupa hidupku, kepompong bermain dalam ingatan

dulu terabaikan. . .
dipintal kemudian dirajut
saat ini. . .
sebuah tangan tengah menjahit sutra ungu
berubah menjelma sebuah gaun sutra indah

serupa hidupku yang dulu terabaikan
kini berproses untuk berubah
ditangan sosok yang bercitarasa. . .
akulah kepompong. . . .

-EL-

S E N J A

bagiku senja adalah yang terindah
kehadirannya hanya sekejap
dan hanya sebagai jeda
antara teriknya matahari
dan dinginnya dekap malam

bagiku kau serupa senja
yang hadir hanya sekejap saja
dan hanya sebagai jeda
antara surya dan lintang

cintamu bagai senja
yang terasa hanya sekejap saja
tapi bagiku

kehadiran senja adalah segalanya
karena akan kunanti sepanjang masa

-EL-